Wednesday, August 6, 2014

Honocoroko.

Berawal dari obrolan tentang candi dan keagamaan di Jawa kuno bersama Om Sigit dikala melawan kantuk di tengah kemacetan di Wangon dalam perjalanan menuju Jakarta semalam, Om Sigit mulai menceritakan filosofi bahasa jawa kuno ini. Filosofi ini didengarnya waktu jaman si Om kuliah yang disampaikan oleh seorang profesor dari IKIP Jogja atau UNY sekarang. Pernah dengarkan aksara honocoroko? tapi mungkin belum banyak yang tau mengenai Ajisaka. Tapi, kalau kalian rajin googling, kalian pasti akan menemukan korelasi antara aksara honocoroko dengan legenda Ajisaka.

Dalam aksara jawa ada 20 aksara dan dibagi menjadi 4 kelompok yang jika ditulis dalam 4 baris menjadi

HONOCOROKO
DOTOSOWOLO
PODOJOYONYO
MOGOBOTHONGO

yang kalau diartikan menjadi

HONO COROKO = Ada Utusan
DOTO SOWOLO = Saling Berantem
PODO JOYONYO = Sama Kuatnya
MOGO BOTHONGO = Semoga Menjadi Mayat

Kalau kalian cari di google pasti yang kalian temukan adalah legenda Ajisaka dan 2 Ajudannya, Doro dan Simbodo. Tapi, bukan itu yang semalam diceritakan si Om. Ada filosofi yang lebih mendalam lagi dari aksara ini.

HONO COROKO = Ada Utusan
Dalam hidup ini ada 2 hal yang diberikan dalam kehidupan manusia yaitu kebaikan dan keburukan.

DOTO SOWOLO = Saling Berantem
Kebaikan dan keburukan saling mempengaruhi manusia dalam bertindak di kehidupannya.

PODO JOYONYO = Sama Kuatnya
Kebaikan dan keburukan sama kuat pengaruhnya dalam kehidupan manusia.

MOGO BOTHONGO = Moga Menjadi Mayat
Kebaikan dan keburukan manusia, keduanya akan dibawa mati oleh manusia. Oleh karena itu, pengaruh yang paling kuatlah yang akan membawa manusia ke surga ataupun ke neraka.

Jadi intinya, kelakuan manusia baik ataupun buruk akan dibawa manusia hingga akhir hayatnya. Sifat yang sama saling kuat, yang harus manusia itu pilih untuk menentukan kehidupan akhiratnya.

Mendengar cerita itu gue jadi mikir gimana orang Jawa jaman dulu itu dalem banget filosofi hidupnya. Walaupun dulu mereka masih menganut paham animisme dan dinamisme belum mengenal agama dan belum mengenal konsep Tuhan, tapi pemikiran hidupnya bahkan lebih beragama daripada orang beragama jaman sekarang. Nanti gue akan buat post lagi mengenai konsep agama orang Jawa kuno yang om gue denger dari orang-orang jawa sepuh. Bagaimana mereka takutnya akan Tuhan disaat mereka belum mengenal konsep Tuhan.

This post has been posted on my tumblr during my road trip from jogja to jakarta last saturday but I also want to share it here.

No comments:

Post a Comment

what's your opinion?